20 October 2013

Karomah Abah Anom: Mengetahui Bahwa Rijalul Ghaib Tetap Membantu Manusia

Diceritakan langsung oleh:  KH.Wahfiudin Sakam,S.E.,MBA :

Kita tahu kisruhnya Jakarta pada saat reformasi tahun 1998, menjelang sidang umum MPR tahun 1999 lebih gawat lagi karena berbagai kekuatan "siluman" sudah siap-siap dengan berbagai pasukannya. 

Saat itu jam 2 pagi saya lari dengan mobil ke Suryalaya tiba disini jam 7 pagi, jumpa dengan Abah. Abahpun bertanya : apa kabar jakarta, saya jelaskan situasi politik, situasi keamanan,semua yang saya dapat dari berbagai jamaah, dari teman-teman para perwira tinggi saya ceritakan, situasi betul-betul gawat. Abah waktu itu air mukanya/wajahnya tenang saja tidak ada gusar, tidak ada rasa takut, tidak ada rasa apa-apa, Abah tenang saja. Ya sudah, ayo makan dulu kata Abah. Diajak makan sambil makan berdampingan, lalu karena penasaran tidak dapat juga arahan saya bertanya lalu apa yang harus kita perbuat oleh para ikhwan TQN ini dalam situasi seperti ini. Abah dengan tenang menjawab, masing-masing ada tugasnya kita orang dzikir ya dzikir saja, tapi kan situasi gawat harus ada dong yang melakukan pencegahan-pencegahan situasi menjadi lebih buruk ?, Abah bilang: kan ada Rijalul ghoib. 

Apa itu rijalul ghoib?, 
Abah menjelaskan. Jadi memang dalam kehidupan sehari-hari selain manusia-manusia fisik, manusia-manusia ruhaniah yang kita lihat badannya ini ada hal-hal yang rohaniyah, makhluk-makhluk rohaniayah. Bisa jadi itu para malaikat, bisa jadi itu ruh arwah para auliya allah, mereka pun bekerja.  Jadi memang kita harus membalik pemahaman kita karena selama ini kita menganggap kalau tubuh kita, diri kita cuma badan, setelah mati badan ini busuk, hancur, musnah, maka dengan kematian badan menjadi musnah, selesai. Ternyata tidak, yang mati adalah badan,bashar, tubuh kita bisa jadi busuk, musnah tapi ruh tidak dan khusus ruh para Nabi, ruh para Auliya Allah, ruh para Sholihin, ruh mereka pun masih sering dihadirkan ke muka bumi untuk menjalankan tugas-tugas sebagai rijalul ghoib. 
Situasi yang sudah begitu gawat menjelang sidang umum MPR tahun 1999, Abah bilang ada rijalul ghaib, dan saya kembali ke Jakarta. Saya menyaksikan di jalan-jalan situasi yang tadinya begitu gawat, tiba-tiba seperti bara disiram oleh air, maka sidang umum MPR tahun 1999 tidak ada hal yang berarti sama sekali. Saya terkagum-kagum sekali dengan Abah, betul rupanya.
Ilahadlroti Syeikhuna wal Mursyidina Syeikh Ahmad Shohibul Wafa tajul Arifin RA.
ALFATIHAH


Sumber: http://www.dokumenpemudatqn.com

19 October 2013

Kuliah Abah Anom Thn.1983: Berdzikirlah...Berdzikirlah Terus...Dzikirullah


Allah Berfirman,seperti yang ditemukan dalam Surah An-Najm:
Artinya: "Maka bersujudlah kamu sekalian dan beribadahlah !"

Sabda Nabi Muhammad S.A.W. pula :
artinya:"Hendaklah kamu sekalian banyak bersujud!"

Anjuran-anjuran ini menunjukkan bahwa manusia itu banyak kebutuhannya, baik untuk hidup di dunia maupun untuk hidup di akhirat kelak.
Sebagai ciri dari kita yang fakir, yang tidak mempunyai apa-apa dan hanya Allah Yang Maha Kaya, sebagaimana ternyata dalam FirmanNya:
artinya:"Dan Allah-lah Yang Maha Kaya dan kamu sekalian adalah fakir."

Karena kefakiran inilah, hendaknya kita banyak bersujud kepada Allah, memohon bantuan dan perlindunganNya. Nabi kita pun apabila beliau mendapat kesusahan atau kesenangan, juga suka melakukan sujud.
Pengertian sujud, haruslah sujud jasmani dan sujud rohani untuk selamanya dalam melaksanakan Perintah Allah.
Untuk melaksanakan sujud jasmani menggunakan 7 (tujuh) anggota badan, sebagamana sabda Nabi Muhammad S.A.W.:
artinya: "Aku diperintahkan sujud (kepada Allah) dengan menggunakan :
a. dahi
b. kedua telapak tangan
c. kedua lutut
d. kedua ujung jari kaki.

Adapun untuk melakukan sujud rohani atau sujud bathin, agar ibadah kita khusyuk dan tidak termasuk yang disabdakan Nabi S.A.W.:
artinya: "Khusyuk badan jasmaninya, tetapi munafik dalam hatinya."
Maka kalau ingin khusyuk dalam ibadah lahir dan batin, jasmani dan rohani, hendaknya latifah-latifah yang 7 (tujuh) itu bersih dari godaan setan dan bujukan hawa nafsu.
Latifah yang tujuh itu adalah:
1. Latifah Qalbi
2. Latifah Roh
3. Latifah Sirri
4. Latifah Khofi
5. Latifah Akhfa
6. Latifah Nafsi
7. Latifah Qolab.

Latifah-latifah tersebut biasanya ditempati oleh hawa nafsu dan setan. sehingga manusia menjadi was-was,bimbang dan ragu, yang akhirnya bisa menimbulkan sifat zalim,khianat, jahat, hasad, dendam, dengki, takabur, fitnah, serakah dan sebagainya.
Inilah yang disebut "penyakit-penyakit hati" dan Fardhu 'Ain bagi kita untuk menyingkirkannya.
Penyakit itu kalau dibiarkan, akan membawa kita kepada ketidaksetiaan dan ketidakpatuhan terhadap Perintah ALLAH dan RASUL-NYA.
Kalau kita tidak setia terhadap Perintah Allah dan Rasul, apalagi perntah sesama manusia dan negara.

Oleh sebab itu, bagaimana caranya supaya kita beribadah TIDAK MUNAFIK dan TIDAK DIHINGGAPI PENYAKIT HATI?
Padahal Allah tidak hanya melihat amal lahir saja, akan tetapi yang lebih penting adalah amal batin, sebagaimana sabda Nabi S.A.W. :
artinya: "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk jasmani kamu sekalian,akan tetapi melihat kepada bathin kamu dan hati kamu sekalian".
Untuk mengatasi sifat munafik itu, perhatikanlah Sabda Nabi S.A.W.:
Artinya:"Dzikir atau ingat kepada Allah itu, adalah buat menghancurkan sifat munafik".

Sifat munafik inilah yang membawa kita kepada penyelewengan, lengah, lalai, sampai ketika sujud sekalipun, hati kita atau ingatan kita masih melayang kemana-mana.
Itulah yang dikatakan munafik, KARENA LAIN PERBUATAN DAN LAIN PULA DI DALAM HATI.
Untuk itulah Nabi kita memerintahkan kita untuk berdzikir, agar hancur segala sifat munafik, yaitu sifat yang merugikan kita di dunia dan di akhirat.
Sifat buruk itu, haruslah diganti dengan sifat  mukhlis yang bisa menjadi sifat yang bisa menyelamatkan amal kita, sehingga kita bisa selamat di dunia dan di akhirat.
Dengan melaksanakan dua kalimah di atas, yakni kita sujud dalam rangka menyelamatkan kita baik dalam Ibadah Hablum Minallah, maupun sesama manusia yang disebut Hablum Minannaas.
Pada hakikatnya sujud itu melaksanakan Perintah Allah dengan badan jasmani sesuai dengan aturannya dan hakikat sujud itu mewajibkan rasa ikhlas, khusyuk dalam bathin dalam segala amal ibadah kita.

Mudah-mudahan Allah melimpahkan Rahmat dan Nikmat-Nya kepada Bangsa Indonesia umumnya dan para Ikhwan TQN khususnya, Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.
Sumber : http://www.dokumenpemudatqn.com


Thariqah Qodiriyah Naqsabandiyah


TQN atau Thariqah Qodiriyah Naqsabandiyah adalah perpaduan dari 2 buah tarekat besar yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah.


Pendiri Tariqah Qodiriyah adalah Sufi Besar Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani, Pendiri Tariqoh Naqsabandiyah adalah Syekh Muhammad Bahaudin Naqsyabandi. Dan Pendiri tarekat TQN adalah seorang Sufi Besar & syaikh Masjid Al-Haram di Makkah Al-Mukarrahmah bernama Syaikh Ahmad Khatib Bin Abd Ghaffar Al-Sambasi al-Jawi (Wafat 1878 M).

Syaikh Ahmad Khatib adalah mursyid Thariqah Qadiriyah, di samping juga mursyid dalam Thariqah Naqsabandiyah merupakan Ulama Besar yang lahir di Indonesia kemudian tinggal dan meninggal di Mekkah. Mengenai Silsilah Thoriqoh ia hanya menyebutkan silsilah tarekatnya dari sanad Thariqah Qadiriyah saja. Sampai sekarang belum diketemukan secara pasti dari sanad mana beliau menerima bai'at Thariqah Naqsabandiyah.
(Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani)









(Syekh Muhammad Bahaudin Naqsyabandi)









(Syekh Ahmad Khatib Sambas Abdul Ghaffar)









Sumber : http://bdtqns.blogspot.com

UNTAIAN MUTIARA


Jangan membenci kepada ulama yang sejaman

Jangan menyalahkan kepada pengajaran orang lain

Jangan memeriksa murid orang lain

Jangan mengubah sikap walau disakiti orang

Harus menyayangi orang yang membenci kepadamu

Tanbih TQN Pontren Suryalaya

Tanbih ini dari Syaekhuna Almarhum Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad yang bersemayam di tatapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah.

Sabda beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria maupun wanita, tua maupun muda :

“Semoga ada dalam kebahagiaan, dikaruniai Allah Subhanahu Wata’ala kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian.

Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur dhohir maupun bathin.

Pun kami tempat orang bertanya tentang Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, menghaturkan dengan tulus ikhlas wasiat kepada segenap murid-murid :

berhati-hatilah dalam segala hal jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan agama maupun negara.

Ta’atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Hadlirat Illahi Robbi yang membuktikan perintah dalam agama maupun negara.

Insyafilah hai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan setan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama maupun negara,
agar dapat meneliti diri, kalau kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita.

Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian :

  1. Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita, baik dlohir maupun batin, harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup rukun dan saling menghargai.
  2. Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah agama maupun negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan,

    kalau-kalau kita terkena firman-Nya “Adzabun Alim”, yang berarti duka-nestapa untuk selama-lamanya dari dunia sampai dengan akhirat (badan payah hati susah).
  3. Terhadap oarang-orang yang keadaannya di bawah kita, janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasehat yang lemah-lembut yang akan memberi keinsyafan dalam menginjak jalan kebaikan.
  4. Terhadap fakir-miskin,harus kasih sayang, ramah tamah serta bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan bahwa hati kita sadar.

    Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir-miskin itu bukannya kehendak sendiri, namun itulah kodrat Tuhan.


Demikanlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran, meskipun terhadap orang-orang asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam a. s. mengingat ayat 70 Surat Irso yang artinya :

“Sangat kami mulyakan keturunan Adam dan kami sebarkan segala yang berada di darat dan di lautan, juga kami mengutamakan mereka lebih utama dai makhluk lainnya.”

Kesimpulan dari ayat ini, bahwa kita sekalian seharusnya saling harga menghargai, jangan timbul kekecewaan, mengingat Surat Al-Maidah yang artinya :

“Hendaklah tolong menolong dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh-sungguh terhadap agama maupun negara, sebaliknya janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah agama maupunnegara".

Adapun soal keagamaan, itu terserah agamanya masing-masing, mengingat Surat Al-Kafirun ayat 6 :”Agamamu untuk kamu, agamaku untuk aku”,

Maksudnya jangan terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun dan damai, saling harga menghargai, tetapi janganlah sekali-kali ikut campur.

Cobalah renungakan pepatah leluhur kita:

“ Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai, andaikan tidak demikian, pasti sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”. Karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri.

Dalam surat An-Nahli ayat 112 diterangkan bahwa :

“Tuhan yang Maha Esa telah memberikan contoh, yakni tempat maupun kampung, desa maupun negara yang dahulunya aman dan tenteram,gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya/ penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri”.

Oleh karena demikian, hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan dlohir-bathin, dunia maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya“ Budi Utama-Jasmani Sempurna “ (Cageur-Bageur).

Tiada lain amalan kita, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebaikan, menjauhi segala kejahatan dhohir bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani, yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan.

Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid agar supaya mencapai keselamatan dunia dan akhirat.

Amin.

Patapan Suryalaya, 13 Pebruari 1956
Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan


(KH.A Shohibulwafa Tadjul Arifin)

Sumber = www.suryalaya.org